Home / Lifeliner / Rentang Peduli Pontjo Sutowo

Rentang Peduli Pontjo Sutowo

Menjadi pengusaha sukses dengan kekayaan berlimpah sudah cerita biasa. Tetapi menjadi pengusaha sukses dengan kegelisahan intelektual tanpa jeda akan nasib bangsa dan nasib generasi berikutnya tentu kisah tidak biasa. Dan itu potret jalan hidup Pontjo Sutowo.

Namanya tentu tidak lepas dari ayahnya Ibnu Sutowo, figur sentral Pertamina di tahun-tahun awalnya ketika masih bernama Permina. Kenyataan menarik lainnya adalah bahwa ia sendiri sama sekali tidak bersentuhan dengan dunia perminyakan sejak awal ia meniti karir. Ia berkilah, urusan minyak dan energi harus sepenuhnya menjadi urusan Negara. Bahkan bisnis depo bensin sekalipun tak disentuhnya.

“Kecuali jika saya diminta oleh pemerintah, saya akan bersedia untuk mengurusi minyak dan energi bangsa ini,” katanya.

Ya, pria bernama lengkap Pontjo Nugro Susilo ini memang sejak belia tidak ingin memanfaatkan kemudahan yang dapat ia peroleh karena posisi orang tuanya. Tentu dengan sangat mudah ia bisa berkarir di Pertamina mengingat ayahnya adalah orang nomor satu di perusahaan minyak nasional itu, ditambah kemampuan intelektual yang dimilikinya— Pontjo Sutowo pernah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung dan kemudian di Teknik Mesin Universitas Trisakti, Jakarta, meski tidak sampai selesai.

Dalam perkembangan lanjutnya, ia, di usia sangat muda, 20 tahun, bersama saudara kandungnya Adiguna Sutowo mendirikan perusahan galangan kapal PT. Adiguna Shipyard di mana ia Presiden Direkturnya. Jiwa kewirausahawannya membawa dia juga, akhirnya, ke dunia perhotelan dan pariwisata di bawah bendera PT Indobuildco yang mengoperasikan Hotel Hilton yang kemudian berganti nama menjadi hotel Sultan.

Jika hanya kekayaan yang diburu maka ia tentu sudah duduk di singgasananya, menikmati kelimpahan yang sudah ia punyai. Tetapi betapa tak bernilai hidup itu jika hanya berhenti di situ.

“Anda hidup untuk makan atau makan untuk hidup?,” komentarnya singkat.

Pengusaha Tidak Biasa

Sukses di dunia usaha tidak membuatnya merasa fulfilled. Sudah sejak tahun 1972, di usia hedonis untuk kebanyakan orang, ia sudah berpikir tentang peran pengusaha yang harus menjadi katalisator pembangunan ekonomi nasional.

Semua bermula ketika ia menangkap gagasan mulia yang diusung Abdul Latief, pengusaha yang pernah menjabat Menteri Tenaga Kerja priode 1993-1998, di balik ide pendirian Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yakni mencetak entrepreneur yang dari waktu ke waktu memperbesar perekonomian negeri ini. Obsesi itu juga yang kemudian menjadikannya Ketua HIPMI termuda di usia 29 tahun, setelah sebelumnya posisi itu diduduki Abdul Latief, Siswono Yudhohusodo dan Aburizal Bakrie.

“Pengusaha harus mampu menggerakkan perekonomian dimana ia berusaha. Bukan malah menggerogoti daerah itu sampai rakyat di sana pun jatuh miskin. Oleh karena itu kalau ada daerah miskin, yang pertama disalahkan adalah pengusaha yang berusaha di daerah itu. Pengusaha harus memajukan daerah, menggerakan ekonomi, membuka lapangan kerja dan berbagi sebagai tanggung jawab sosialnya,” katanya sebagaimana dituliskan mantan wartawan Ansel Da Lopez dalam buku biografi Pontjo Sutowo, Pengusaha Yang Terpanggil.

Telusur Lider selanjutnya memperlihatkan keberanian mengambil tanggung jawab atas nama Negara ketika—sebagai pengusaha Perhotelan dan Pariwisata pada waktu itu, di tahun 1991—ia menyanggupi mission impossible merenovasi secara besar-besaran Jakarta Convention Center (JCC) untuk keperluan KTT X Gerakan Nonblok hanya dalam waktu 10 bulan. Kerja yang resikonya bahkan tidak berani diambil Depertemen Pekerjaan Umum waktu itu di bawah Radinal Mochtar.

“Pon, kalau kamu gak beres, kamu ta’ bedil,” kata Menteri Sekertaris Negara Budiono waktu itu ke Pontjo. Dan sejarah telah mencatat kesuksesan Indonesia menghelat KTT Gerakan Nonblok yang diikuti 108 negara dan kehadiran 60 kepala Negara/kepala pemerintahan. Pontjo berada di balik kisah bak legenda Sangkuriang itu.

Halaman: 1 2 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *