Home / Footprints / Pemimpin Adalah Keputusannya

Pemimpin Adalah Keputusannya

Kontroversi menyertai perjalanan hidupnya bahkan dan terlebih setelah lengser ke prabonnya di tahun 1998. Kontroversi terus berlanjut hingga kini, setelah beliau dikebumikan di Astana Giri Bangun. Tetapi satu hal yang pasti: tidak seorangpun membantah sumbangsih besar yang sudah ia berikan kepada bangsanya Indonesia yang, pada batas tertentu, membuat Indonesia menjadi seperti apa adanya sekarang.

Mendung tiba-tiba menyelimuti Jakarta pada hari minggu 27 Januari 2008. Panas yang terus membakar Jakarta sejak pagi mendadak pudar dan hujan petit bersahutan selepas siang. Siaran televisi mengumumkan kepergian Pak Harto pada usia 87 tahun setelah 24 hari mendapatkan perawatan di rumah sakit pusat Pertamina, Jakarta. Dalam banyak kepercayaan lokal tanda-tanda alam akan hadit menyertai kepulangan orang-orang besar yang telah membawa perubahan besar. Siaran televisi memperlihatkan sekira pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta.

Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Di sepanjang jalan Tanjung dan lalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Isak tangis warga pecah begitu rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto melalui Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Presiden RI S Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jund Kalla dan sejumlah menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, berhenti dan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden.

Presiden menyampaikan belasungkawa mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua H Muhammad Soeharto. Laporan SCTV memperlihatkan jutaan rakyat Indonesia berdiri sepanjang jalan Cendana Menteng, Jakarta Pusat hingga Astana Giribangun Karanganyar, Jawa Tengah. Dari kejauhan mereka melambaikan tangan memberikan penghormatan terakhir pada mantan presiden yang akrab mereka panggil Pa Harto itu.

Rakyat harus diberi pengetahuan bahwa cita-cita masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila tidak dapat dicapai sekaligus, tidak jatuh dari langit begitu saja. Harus diperjuangkan lewat pembangunan secara bertaho sesuai dengan kemampuan.

Halaman: 1 2 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *