Home / Lifeliner / Baret Merah Iwan Setiawan

Baret Merah Iwan Setiawan

Bukan Hanya Everest yang Impossible

Jelajah jurnalistik yang dilakukan Lider menunjukkan bahwa Iwan Setiawan adalah sebuah perpaduan antara kerja otot yang prima dan olah otak yang tajam dalam menanggapi berbagai perkembangan dan situasi di lapangan. Sebuah gagasannya yang melegenda hingga kini adalah ekspedisi di lingkungan Kopassus untuk menaklukkan gunung-gunung tertinggi di tanah air—kegiatan yang pada akhirnya diadopsi menjadi Ekspedisi NKRI TNI yang juga melibatkan mahasiswa-mahasiswa terbaik dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Letnan Kolonel Andi Aziz yang saat ini menjabat komandan Batalyon 12 Grup 1 Kopassus mengisahkan, ketika menjabat Danyon 22 Grup 2 Kopassus, Iwan Setiawan memiliki kebiasaan lari pagi bersama prajurit mengelilingi asrama dan sesekali melakukan inspeksi mendadak melihat kerapihan dan kebersihan kamar prajurit yang masih bujangan. Kegiatan itu biasanya diakhiri dengan lomba yel-yel antar Kompi untuk membakar semangat.

Di akhir kegiatan itu ia berdiskusi dengan sejumlah perwira Yon 22 dan menginginkan agar kemampuan daki-serbu (dakibu) prajurit tetap terjaga dengan melaksanakan kegiatan ekspedisi di beberapa pegunungan di Indonesia. Hal ini mengingat minimnya tugas operasi tempur dan kenyataan bahwa tidak semua prajurit pernah mendaki pegunungan tinggi di Indonesia. Kegiatan ini juga, menurutnya, akan memungkinkan prajurit mengenal keanekaragaman yang ada di Indonesia untuk mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sesuai sumpah prajuritnya.

Menurut Andi, ide yang semula dianggap impossible karena berada di luar program resmi atau non program, ditambah resistensi dari berbagai pihak, pada akhirnya dapat diwujudkan karena kemampuan komunikasi sang komandan Iwan Setiawan. Ia dapat meyakinkan Komandan Jenderal Kopassus waktu itu Mayjen TNI Lodwijk dan selanjutnya tak kenal lelah ia berkeliling mencari dukungan dari berbagai pihak termasuk SKK Migas, Pertamina, Kementerian Lingkungan Hidup dan pejabat terkait lainnya hingga terealisasi ekpedisi itu.

Ekspedisi yang digagas Iwan Setiawan tersebut diperkirakan telah melibatkan total 12.000 orang dan endapatkan apresiasi yang luar biasa dari segenap komponen masyarakat di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Waktu berlalu, dan sejarah TNI mencatat Ekspedisi Bukit Barisan di Pulau Sumatera (2011), Ekspedisi Khatulistiwa (2012), Ekspedisi NKRI Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi (2013), Ekspedisi NKRI Koridor Maluku dan Maluku Utara (2014), Ekspedisi NKRI Koridor Kepulauan Nusa Tenggara (2015), Ekspedisi NKRI Koridor Papua Barat (2016) dan Ekspedisi NKRI Koridor Papua bagian Selatan (2017).

Jauh sebelumnya, menurut catatan Effendi Soen, pada tahun 1998 pasca pergantian pimpinan negara di era reformasi, Kopassus tampil menjalin hubungan dengan komunitas perguruan tinggi melalui penjelajahan bersama dengan nama Ekspedisi Poligon. Kegiatan yang dimotori Iwan Setiawan yang pada waktu itu berpangkat Kapten bersama perwira Kopassus lainnya ini adalah kegiatan pendakian ke puncak-puncak gunung di pulau-pulau terbesar di Indonesia dan melibatkan para pendaki gunung pencinta alam umum dan unsur kampus serta resimen mahasiswa.

“Puncaknya adalah Peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-54 pada tahun 1999 secara serentak mulai dari puncak Gunung Leuser di Aceh hingga puncak Gunung Cartenz di Pegunungan Jayawijaya, Papua yang dipimpin khusus oleh Kapten Iwan Setiawan,” catat Effendi.

Selanjutnya, kiprah Iwan Setiawan di level perwira tinggi terekam dalam operasi menumpas Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di Kabupaten Puncak (Ilaga), Papua, yang dikenal dengan Operasi Merah Putih. Operasi yang dilakukan pada bulan Mei 2021 dilancarkan ketika Brigjen Iwan Setiawan menjabat sebagai Danrem 173/PVB. Operasi ini adalah operasi gabungan antara TNI dan POLRI, dikenal dengan Tim Cakra dan Tim Belukar.

Letkol Inf. Bangun Siregar, Waaster Kasdam Jaya, menuturkan atas gagasan Brigjen Iwan Setiawan, taktik bertempur setiap satuan tugas saat itu diintegrasikan agar mencapai hasil yang maksimal. Alhasil, selain menembak mati dua oknum KSB, berbagai senjata dan perlengkapan perang bisa dirampas dan operasi itu berhasil memukul mundur tokoh KSB (Lekagak Teleggen, Militer Murib, Goliath Tabuni dan simpatisannya) yang tadinya ingin menguasai Kabupaten Puncak sebagai jalur pelintasan dan jalur logistik yang strategis.

Mayjen TNI Iwan Setiawan melaksanakan kunjungan kehormatan ke Letnan Jenderal Datuk Seri Mohammad bin Ab Rahman di Pejabat Timbalan Panglima Tentera Darat

Jenderal Motivator

“Pribadi yang hangat dan kawan bagi semua” mungkin ungkapan yang pas untuk sosok Komandan Jenderal Kopassus ke-35 ini. Menyebut dirinya anak kampung yang beruntung memperoleh kepercayaan menduduki posisi prestisius, menggambarkan bagaimana ia melihat semua pencapaiannya tidak semata datang karena kehebatannya sendiri.

“Saya percaya doa orang tua, keluarga, anak buah yang kita didik punya pengaruh besar dalam pencapaian kita. Kita jangan merasa paling hebat sendiri,” katanya kepada Lider. Iwan, lepas dari berbagai jabatan yang sudah
diembannya baik di Kopassus maupun di luar Kopassus, di mata Mayor Inf Rohani, yang kini menjabat Danramil 02/Btc, Kodim 0506, Tangerang, adalah sosok Jenderal yang sederhana, tegas tetapi merakyat.

Dengan doktrin pribadi bahwa seorang pemimpin tidak boleh terlalu jauh dengan anak buahnya,— karena, menurutnya, tanpa bawahan yang menjadi anggota pemimpin tidak punya arti apa-apa— Iwan menebar aura positif yang menghangatkan.

“Jenderal yang sangat paham terhadap anak buah. Beliau selalu membimbing, suka membatu dan selalu mengarahkan, sehingga dimata anak buah Jenderal Iwan adalah sosok pemimpin yang selalu diidolakan,” ujar Rohani.

Saya percaya doa orang tua, keluarga, anak buah yang kita didik punya pengaruh besar dalam pencapaian kita.
Kita jangan merasa paling hebat sendiri.

Pengalaman di puncak maut gunung Everest mungkin telah memberi warna pada perjalanan hidupnya. Di tengah semua kemustahilan untuk bertahan hidup—menahan lapar di suhu ekstrim minus 50 derajat tanpa oksigen dan tanpa bahan pelindung—dan lolos dari sapuan badai dalam hitungan tak normal, membuatnya menjadi apa
yang dikenal banyak orang hingga saat ini.

Di mata Letkol Inf. Bangun Siregar, Iwan Setiawan adalah sosok yang selalu membawa bahagia untuk prajurit dan keluarganya. Kegembiaraan, optimism dan semangat melekat dengan yel-yel yang menjadi ciri khasnya.

“Ketika beliau menjabat Danrem 052, Wijayakrama Kodam Jaya, dan saya menjadi Kasi Intel Korem, saya melihat bagaimana semua prajurit senang bertemu beliau, termasuk orang-orang umum lainnya sehingga menjadi begitu banyak temannya. Kalimatnya ’temanmu adalah temanku’ menggambarkan keikhlasannya menolong yuniornya untuk maju dan berprestasi,” ujar Letkol Bangun.

Pengalaman serupa dikisahkan Letkol Inf Wahyo Yuniartoto.

”Di tengah segudang prestasi yang telah ditorehkan di dalam negeri maupun ”Di tengah segudang prestasi yang telah ditorehkan di dalam negeri maupun di kancah dunia, Danjen Kopassus ke-35 Mayjen Iwan Setiawan tetaplah seorang yang rendah hati. Pada setiap kesempatan berjumpa para prajuritnya, ia selalu menunjukkan dan menggelorakan sikap optimisme, semangat juang, ketulusan dan keikhlasan berkorban. Hal ini berdampak pada tingginya moril prajurit.” Letkol Inf Wahyo Yuniartoto

Di kancah dunia, Danjen Kopassus ke-35 Mayjen Iwan Setiawan tetaplah seorang yang rendah hati. Pada setiap kesempatan berjumpa para prajuritnya, ia selalu menunjukkan dan menggelorakan sikap optimisme, semangat juang, ketulusan dan keikhlasan berkorban. Hal ini berdampak pada tingginya moril prajurit.”

Sebagai pemimpin yang mengambil tanggung jawab penuh atas perintah yang diberikan kepada anak buah, menurut Wahyo Yuniartoto, membuat setiap prajurit yang berada di lapangan tidak pernah merasa ragu dalam melaksanakan tugas masing-masing.

“Dan jiwa ke-Bapak-an beliau tegas terpancar ketika ia mengunjungi prajuritnya yang sedang bertugas di daerah yang rawan konflik,” tambah Wahyo.

Sementara itu, Ketua Himpunan Istri Purnawirawan TNI Polri, Kabupaten Bandung Barat Haj. Sri Suharto terkesima melihat begitu pedulinya ayah dari Arya Everest Setiawan ini pada anak-anak yatim, istri purnawirawan, warakawuri dan nasib masyarakat pada umumnya.

Brigjen TNI Iwan Setiawan bersama Ketua Himpunan Istri Purnawirawan TNI Polri, Kabupaten Bandung Barat

“Beliau juga yang mengijinkan agar landasan yang tadinya ditutup, sekarang dibuka agar masyarakat bisa berjualan. Sekarang semuanya menjadi hidup di sini,” kata ibu mertua mantan Kepala Staff Angkatan Laut Laksamana TNI Ade Supandi ini dalam sambungan telpon dengan Lider.

Menggunakan pendekatan studi kepemimpinan, Letnan Kolonel Surnadi menyematkan setidaknya tiga dari tujuh gaya kepemimpinan yaitu transformational, demokratis dan kharismatik. “Kita bisa lihat kok dalam keseharian dan interaksi Pak Danjen aura itu yang sangat menonjol,” ujarnya.

“Selama kebersamaan kami di Kopassus dimulai dari ketika saya berpangkat Sersan satu dan beliau Letnan, ketika saya Letnan Dua dan beliau Kapten, ketika saya Letnan Satu dan beliau Mayor, ketika saya Kapten dan beliau Letnan Kolonel, hingga ketika saya Mayor dan beliau Kolonel, beliau menjadi seperti saudara, teman, guru dan kadang menjadi bapak. Saya menjadi begitu termotivasi untuk mencapai apa yang saya punyai sekarang. Pangkat Letnan Kolonel dan gelar strata dua Magister Manajemen,” kisah Surnadi.

Secara bijak dan tepat, menurut Letkol Surnadi, Iwan Setiawan tahu kapan ia harus tampil memberi motivasi, menyerap masukan, tegas pada aturan, menjadi role model, atau mendukung anggotanya untuk mampu berbuat lebih.

Dalam versinya sendiri, kepada Lider Iwan Setiawan berkisah, sesungguhnya ia tipe orang pendiam ketika masih di Taruna dan perubahan baru muncul ketika memasuki jenjang Pendidikan Komando. Ia mulai terkenal dengan yel-yel yang diteriakannya untuk membakar semangat dan membuat orang bahagia.

“Kalau saya sudah berdiri, ide itu datang sendiri. Saya pimpin yel-yel, pimpin joget, berteriak bersama, berkeringat bersama. Saya tidak merasa harus malu melakukan semua itu. Ini untuk soliditas. Kalau kita merasa nyaman, tantangan apapun dapat kita hadapi,” ujar Danjen Kopassus baru ini.

Manusia itu sempurna dengan semua kekurangannya—itu kata-kata bijak Iwan Setiawan. Setidaknya, dengan itu ia ingin memaknai apa yang sudah ia perbuat untuk memberi arti pada Baret Merah di kepalanya.

Halaman: 1 2 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *